Wednesday, September 11, 2013

Cita-cita

Mumpung saya inget, saya tulis dulu sedikit cerita tentang cita-cita, tepatnya cita-cita saya yang nampaknya agak kurang konsisten. Selalu berubah seiring berjalannya waktu.
Cita-cita dalam versi pemahaman saya adalah suatu tujuan, kondisi, posisi atau peran tertentu yang ingin dicapai oleh seseorang dalam hidupnya. Budaya kita mengajarkan supaya kita berusaha meraih cita-cita tersebut. Gantungkan cita-citamu setinggi langit, begitu kira-kira seruan mereka. Saya ragu mereka juga mengajarkan metode riil dalam menggapai cita-cita itu. Be realistic, gettting what you want is not that easy man! Seperti saya, sampai lupa berapa kali saya ganti tema cita-cita saya ini supaya lebih masuk akal dan kira-kira bisa saya capai dengan usaha riil saya.

Dimulai dari waktu saya SD, cita-cita saya saat itu adalah menjadi seorang "insinyur". Seperti bung karno, yang seorang insinyur teknik sipil. Keren bukan? Dalam pikiran saya waktu itu insinyur itu orang yang jago gambar, jago konstruksi, ahlinya buat gedung-gedung indah pencakar langit. Itu aja jawaban saya ketika di sekolah guru saya bertanya apa cita-cita saya nanti. Masuk ke kelas 4 kelas 5 saya mulai coba-coba latian gambar. Bikin garis-garis, nyoba gambar gedung seperti impian saya. Susah bung, asli. Berkali-kali saya coba latian, hasilnya masih sama. Sama jeleknya. Saya pun mulai berfikir, sepertinya saya tidak berbakat menggambar, bagaimana saya bisa jadi insinyur kalau saya tidak bisa menggambar? Saya belum tahu waktu itu kalau insinyur itu berubah jadi gelar profesi sekarang, saya belum tahu kalau anak sipil sama arsitek jaman sekarang gambarnya pake AutoCad, 3dmax, dll. tapi tetep loh, kemampuan gambar mereka tetep harus ada. Dan ketabahan selama kuliah pastinya. hahahahaa

Mulai masuk SMP, cita-cita saya pun mulai berubah.Bukan berubah jadi lebih jelas, tapi sebaliknya jadi lebih abu-abu. Setiap ngisi biodata, bagian cita-cita akan saya isi dengan kata-kata : berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. saat itu dalam hati saya, ini jawaban abu-abu yang bisa menyamarkan ingin jadi apa saya nanti. Baru sekarang saya sadari betapa beratnya cita-cita yang saya tuliskan sembarangan waktu itu. Coba saya cermati kata demi kata kalimat itu. Berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. Edan, gimana caranya coba, manusia gak jelas kayak saya bisa nulis cita-cita setinggi itu. Jangankan bagi bangsa dan agama, bagi keluarga aja sekarang saya belum bisa ngapa-ngapain. Gimana coba caranya, saya bukan siapa-siapa, bukan manusia super penuh motivasi seperti Mario Teguh, bukan pula ustad yang tak pernah maksiat. Bagaimana supaya saya bisa bermanfaat bagi keluarga saya, bersumbangsih ke bangsa dan agama saya? Tambah puyeng saya kalo mikirin ginian. hahahahaaa..

Masuk SMA, cita-cita saya berubah lagi. kali ini perubahannya bukan hanya pada tujuan akhir, tapi juga langkahnya. Cita-cita jangka panjang saya break jadi beberapa cita-cita berjangka pendek. cita-cita jangka pendek saya ketika SMA adalah masuk fakultas teknik universitas negeri ternama di negeri ini. Singkat cerita, cita-cita jangka pendek itu tercapai. Walaupun dengan jalan yang cukup alot. hahahaaa.. Masa-masa kuliah hampir berakhir, saya konsen ke cita-cita jangka pendek saya yang kedua, yaitu lulus dan kerja jadi pns. Simple aja cita-cita saya bukan? yang simple itu belum tercapai sampai saat ini bung. hahaahaa.. Rute hidup saya tidak seperti yang telah saya rencanakan, lulus terus jadi pns. bukan itu. Yang Maha Kehendak menentukan lain, saya lulus kemudian kerja di hutan. ya, di hutan, di kalimantan, jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kehidupan hedonisme perkotaan.

Saya pun mulai bekerja, tidak terasa sudah 4 tahun lebih saya di kalimantan. Cita-cita jangka pendek saya yang ketiga adalah kerja di hutan cukup 4-5 tahun saja, abis itu saya kerja di jawa aja. membangun rumah tangga, keluarga kecil bahagia (alah, lebaynya). Tapi ini udah 4 taun lebih lho, belum ada tanda-tanda saya bakal dapat kerja di jawa. Sering kali muncul di pikiran saya, apa saya akan selamanya kerja begini? Bagaimana kalau saya udah berkeluarga nanti? anak saya gimana, saya takut dipanggil "om" sama anak saya gara-gara jarang pulang. Pernah baca guyonan di internet "12 tahun sekolah, 4 Tahun Kuliah, lalu kerja sampai mati"? udah gitu aja hidupnya? Saya tidak ingin seperti itu, saya ingin setidaknya ada hal-hal berguna yang bisa saya lakukan dalam hidup saya. Banyak pertanyaan-pertanyaan muncul dari diri saya dalam perantauan ini.Termasuk kalau jalan hidup saya memang mengharuskan kerja dihutan sampai diluar batas waktu yang saya tentukan diawal tadi. Lalu apa hubungannya dengan cita-cita saya? tentu erat hubungannya. kalau plan yang saya canangkan saya saja berubah, maka otomatis final result nya pasti berubah lah. Itu secara matematisnya, logisnya. Tapi kita semua pasti tahu, ada hal-hal diluar perhitungan logis kita yang juga turut berperan dalam kehidupan ini :))

Saya mulai menyadari, tidak semua yang kita rencanakan berjalan mulus sepeti yang kita inginkan. Lalu, apa kita akan tetap memaksakan rencana kita, kehendak kita? Mustahil. apa anda mau melawan Yang Maha Kehendak? hahahahaa.. Satu-satunya jalan adalah tetap menjalani apa yang sudah menjadi kehendak-Nya. Dengan ikhlas. Lalu bagaimana dengan rencana-rencana kita, plan-plan hidup kita, cita-cita kita? Tenang aja, tetapnya berusaha mencapainya, dengan usaha se-kongkrit mungkin yang kita bisa lakukan tentunya. Tetaplah percaya bahwa keinginan dan cita-cita akhirmu akan terwujud, walaupun kadang caranya menuju kesana tidak seperti yang kita rencanakan.

Sekarang saya coba fokuskan cita-cita saya, tidak muluk-muluk, bukan jadi pejabat, orang kaya, artis, apalagi artis merangkap pejabat yang kaya karena korupsi. Naudzubillah. Saya cuma ingin jadi manusia yang ikhlas menjalani apa yang sudah menjadi kehendak-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, semoga segala apa yang saya lakukan adalah atas ridho-Nya, selamat dunia-akhirat. Aamiin. Mudah-mudahan juga dalam hidup ini saya sempat berguna bagi keluarga, bangsa dan agama, seperti yang saya cita-citakan dulu. Bedanya sekarang, saya tidak akan memusingkan bagaimana caranya, karena cara dan langkahnya pasti sudah diatur oleh-Nya. Rencana dan ketentuan yang jauh lebih hebat dari apa yang bisa manusia lakukan.

Kesimpulannya : tetap gantungkan cita-citamu setinggi mungkin, semulia mungkin, dan tetaplah ikhlas menjalani caranya menuju kesana.

1 comment:

  1. wah .. cita cita mas heru yang sampe akhirnya kuliah itu bisa di ceritakan mas? sepertinya seru tuh ^_^
    ayo mas pindah jawa ajah

    ReplyDelete